Kamis, 16 November 2017

Macam-macam Produk yang dikeluarkan Unilever



      

    PT. Unilever Indonesia,Tbk. Yang beroperasi di indonesia sejak tahun 1933, telah tumbuhmenjadi perusahaan penyedia consumer product yang mempunyai peran penting di indonesia.Unilever adalah produsen merek-merek terkenal di seluruh dunia yang juga terkenal ditingkat regional dan lokal, antara lain Pepsodent, Lifebuoy, Lux,Dove, Sunsilk, Clear,Rexona, Rinso, Molto, Ponds, Blue Band, Royco, Sariwangi, Bango,
     Taro dan masih banyak lagi.Posisi Unilever yang kuat sebagai pemimpin pasar telah diakui melalui berbagai penghargaannasional dan regional yang diterima oleh perusahaan. PT. Unilever Indonesia melalui brand-brand nya kembali membuktikan keunggulannya dengan meraih peringkat dalam.PackagingConsumer Branding Award 2005´ yang diselenggarakan oleh Indonesia Brand IdentitySummit (IBS) bekerjasama dengan majalah SWA dan MIX.Berikut adalah peringkat yang diraih oleh brand-brand Unilever dalam setahun IndonesiaPackaging Consumer Award 2005. Sunsilk, Pepsodent, Lux, Molto, Lifebuoy, Axe dan Clear merupakan merek produk perawatan rumah dan tubuh (home and Personal Care) yang tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Sedangkan untuk produk makanan dan ice cream,ada blue band yang legendaries, Bango, Sari Wangi, Rpyco dan Wall¶s. 
baca selengkapnya
    Masih ada sederetmerek produk lagi yang bila disebutkan satu persatu namanya, terasa sangat akrab dengankehidupan kita.Bisa jadi Anda mempunyai kenangan khusus tak terlupakan dengan salah satu atau lebihproduk buatan PT.Unilever Indonesia Tbk ini. Benar, merek-merek yang disebutkan di atasmemang hanya sebagian kecil dari merek yang dikembangkan PT.Unilever Indonesia,Tbk.³Saat ini kami memiliki 33 merek dan beroperasi di 13 kategori sementara di seluruh dunia,Unilever memegang 400 brand,´ kata Presiden Direktur PT.Unilever Indonesia.Tbk, MauritsLalisang dalam sebuah wawancara khusus dengan SH di Graha Unilever Jakarta, sore pekanlalu.PT.Unilever Indonesia,Tbk merupakan anak perusahaan Unilever International yangberkantor pusat di dua kota yakni di London, Inggris dan Rotterdam Belanda. Sementara diIndonesia, Unilever berkantor pusat di Jakarta dan memiliki dua pabrik besar di Cikarang danRungkut (Surabaya). Pabrik di Surabaya utamanya memproduksi sabun sedangkan diCikarang memproduksi es krim, margarin, dan berbagai makanan ringan. Secara umumUnilever menjadi pemimpin pasar barang konsumer (consumer goods) di Indonesia. Namun,kondisinya tidak sama untuk setiap kategori produk dan wilayah pemasaran.Kini, Unilever Indonesia telah berusia lebih dari 70 tahun dengan komposisi kepemilikansaham, Mavibel (Maatschap voor Internationale Bellengginggen) B.V 85 persen dan publik 15 persen. Langit di Junjung Maurits mengungkapkan prinsip yang selalu dikedepankanUnilever dalam berbisnis.
        Di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Unilever pada dasarnya selalu mengikuti aturan yang berlaku dimana ia beroperasi,´ ujar Maurits. Itulah alasannya mengapa Unilever Indonesia memutuskan menjadi perusahaan terbuka.
     Menjadi perusahaan terbuka berarti pembayaran pajak lebih jelas dan transparan karena diaudit oleh lembaga yang berkompeten. Sebagai konsekuensinya, masyarakat bisa ikut memiliki saham Unilever Indonesia. Di Cina, Unilever menggandeng partner lokal karena pemerintah Cina mengharuskan seperti itu sementara di Thailand, Unilever Internationa lmenguasai saham sepenuhnya.Dalam enam tahun terakhir, penjualan Unilever di Indonesia bertumbuh dua digit atau diatas 10 persen. Omset penjualan untuk tahun 2004 mencapai US$1 miliar.Tahun 2005 ini, saya perkirakan pertumbuhan penjualan akan meningkat signifikan dan tetap berada di atas dua digit,´ ujar Maurits optimistis.Transisi Tahun 2004 merupakan tahun transisi bagi Unilever Indonesia. Mengapa demikian, karena kepemimpinan kembali berada tangan orang Indonesia asli setelah bertahun-tahun dipimpin oleh orang asing. Tahun lalu, Nihal Kaviratne dari India menyerahkan tongkat estafetnya kepada Maurits Lalisang yang sebelumnya menjabat.
        Direktur Corporate Relations.Maurits memang bukan orang lokal pertama yang menjadi presiden direktur tetapi orang ketiga setelah Yamani Hasan (1980an) dan Sri Urip (1990an). Saat ini, tinggal dua orangasing yang menduduki jabatan direksi.Potensi
   Tak Kalah Menurut pandangan Maurits, potensi orang lokal sebenarnya tidak kalah dengan orang asing. “Saya merangsang anak-anak pergi ke luar negeri sehingga bisamemperkaya pengalaman dan pengetahuan,´ paparnya. Sampai saat ini Unilever Indonesiatelah mengirimkan 18 karyawannya ke luar negeri ada yang ke London, Thailand. Rotterdam,Shang Hai (Cina) dan Itali.Salah satu kendala yang dihadapi yakni banyak orang Indonesia yang enggan ke luar negerikarena merasa sudah enak berada di Indonesia.Terobosan yang dilakukan Maurits antara lainmengirim ke luar negeri untuk jangka waktu 1-2 tahun sehingga mereka bisa bekerja padabudaya dan lingkungan kerja yang berbeda. Ia mengakui kekuatan Unilever ada pada kualitassumber daya manusia.Unilever secara rutin merekrut lulusan baru dari universitas terkemuka. Setelah itu diberikanpelatihan selama tiga bulan. Mereka tidak langsung kerja tetapi ditraining di berbagai bidangseperti manufaktur, pemasaran dan litbang (penelitian dan pengembangan). Saat ini tenagakerja yang diserap oleh Unilever secara langsung berjumlah 3.000 orang ini belum termasuk tenaga kerja tidak langsung.
     Total tenaga kerja yang terserap berjumlah 25.000 orang. Jika diansumsikan satu orangmemiliki empat anggota keluarga maka perusahaan menanggung nasib sekitar 100.000 orang.PangsaTerbesar Indonesia saat ini menjadi pangsa pasar kedua terbesar bagi Unilever setelah India, mengalahkan Cina, Jepang dan Australia. ³Indonesia dilihat sebagai permata dari timur oleh Unilever pusat karena pangsa pasarnya memang sangat besar,´ kata Maurits. Bahkandua orang yang menduduki CEO Unilever di kantor pusat pernah bekerja di Indonesia.Memang saat ini persaingan di industri barang konsumer sangat ketat baik dari pemain lokalmaupun pemain domestik. Pesaing dari luar seperti P&G sedangkan pesaing lokal sepertiWings. Namun Maurits menganggap positif yang namanya persaingan karena akanmenimbulkan inovasi dan tidak menyebabkan monopoli di pasar.
    Tantangan terbesar kini dan sangat merugikan adalah maraknya pemalsuan danpenyelundupan. Banyak produk palsu dan selundupan dari Cina sehingga membuat Unilever tidak kompetitif. “Karenanya pemerintah perlu menegakkan aturan main yang jelas karena dalam bisnis yang penting adalah adanya kepastian usaha dan kepastian hukum,´ katanya.Pemerintah harus berani menindak tegas terhadap barang-barang palsu dan selundupan dariCina yang menggangu industri secara umum.Perlindungan hak cipta perlu dilakukan karena dibutuhkan biaya besar dalam riset danpengembangan serta biaya iklan. ³Hal ini sering membuat kita sebagai pelaku usaha frustasikarena pemerintah tidak mengambil tindakan tegas,´ ucap Maurits.
    Di samping itu, Mauritsberpendapat pemerintah perlu membuat infrastruktur yang memadai berupa jalan sehinggapemasaran produk dapat menjangkau ke seluruh wilayah dengan biaya murah.Hal ini juga sebagai kompensasi rencana penghapusan subsidi BBM di sektor industri.
     Terkait dengan penghapusan subsidi BBM bagi industri, Unilever kini menggantipenggunaan solar ke gas untuk pabriknya di Cikarang. Sayang, pasokan gas dari Pertaminatidak konsisten. Jika berniat mengurangi konsumsi minyak bumi maka penyediaan gas harusdilakukan pemerintah. Organik Unilever saat ini memang fokus melakukan pertumbuhanoraganik seperti peningkatan omset penjualan, laba perusahaan dan menekan struktur biaya.Namun tidak menutup kemungkinan melakukan pertumbuhan anorganik.Sepanjang kiprahnya di Indonesia, Unilever telah empat kali mengakuisisi merek. Akuisisiteh celup Sari Wangi dilakukan tahun 1990, Yoohan (dengan berbagai merek seperti Molto,Trisol, Whipol) tahun 1998, kecap Bango tahun 2000 danTaro tahun 2003. Mauritsmenekankan, Dalam melakukan akuisisi, Unilever selalu menggunakan dana keuanganinternal, tidak perlu injeksi dana kantor pusat. Ia menekankan, akuisisi hanya akan dilakukanjika bisa mendukung bisnis utama Unilever yang telah ada.Maurits menekankan, Unilever tidak akan keluar dari bisnis utamanya, memproduksi danmemasarkan barang-barang konsumer.³Unilever tidak akan berniat menguasai industri dari hulu sampai hilir meskipun memilikikemampuan dari segi pendanaan. Pertumbuhan organik lebih diharapkan,´ katanya. Hal inidibuktikan dengan pendirian kantor pemasaran Unilever Indonesia ke berbagai negara sepertiSingapura, Jepang dan Australia. Sabun Lux buatan Rungkut, ice cream Walls dan teh SariWangi buatan made in Cikarang bisa ditemukan di ketiga negara ini.

    Total ekspor produk Unilever Indonesia mencapai enam persen dari omset penjualan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar